Ghazinews.xyz - Presiden Recep Tayyip Erdogan mengemukakan pernyataan bahwa Ankara dan Washington harus mencari cara untuk meninggalkan permasalahan dinyatakan pada hari Minggu (13/6), selama konferensi pers di Istanbul menjelang kunjungan KTT NATO-nya ke Brussels.
![]() |
Erdogan : Turki, AS Harus Mencari Solusi dan Meninggalkan Permasalahan |
Mengenai rencana pertemuan tatap muka bersama Presiden AS Joe Biden, Erdogan akan membahas berbagai masalah, termaksud hubungan bilateral, akan dibahas dengan Biden di sela-sela KTT NATO nantinya.
"Ada banyak rumor di dalam dan luar, kita harus meninggalkannya dan berbicara tentang apa yang bisa kita lakukan dan apa yang akan kita lakukan." Ujar Erdogan.
Turki sekali lagi akan menggarisbawahi pentingnya aliansi dengan sekutunya selama KTT NATO, Erdogan juga menyatakan dan mencatat bahwa program F-35 dan sistem pertahanan Patriot AS juga akan dibahas selama pertemuan bersama Biden.
"Meskipun Turki telah memenuhi janji terkait F-35, sayangnya AS belum memenuhi janji tersebut," ucap Erdogan.
Hubungan antara sekutu NATO Turki dan AS memanas pada tahun 2019 perihal akuisisi sistem pertahanan udara Rusia S-400 oleh Ankara, yang mendorong Washington untuk menghapus Turki dari program jet F-35 Lightning II-nya.
AS berpendapat bahwa sistem itu tidak kompatibel terhadap sistem NATO dan berpotensi digunakan oleh Rusia secara terselubung guna mendapatkan informasi rahasia terkait jet F-35. Turki, menegaskan bahwa S-400 tidak akan diintegrasikan ke dalam sistem NATO dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi aliansi.
Washington pada bulan Desember memutuskan untuk menjatuhkan sanksi kepada Turki atas pembelian jet tempur tersebut. Ini menandai pertama kalinya negara anggota NATO diberi sanksi karena membeli senjata Rusia.
Ankara berulang kali menekankan perihal penolakan AS untuk menjual sistem rudal Patriotnya yang membuat negara tersebut mencari penjual lain, menambahkan bahwa Rusia telah menawarkan kesepakatan yang lebih baik, termaksud transfer teknologi. Turki bahkan mengusulkan pembentukan komisi dengan AS untuk mengklarifikasi masalah teknis apa pun.
Presiden Erdogan juga akan mengemukakan penentangan Turki terhadap pengakuan Biden atas peristiwa 1915 terkait genosida selama pertemuan nantinya, menekankan bahwa Ankara mengharapkan langkah-langkah konkret dari Washington guna memberikan kompensasi.
Posisi Turki pada peristiwa 1915 atas jatuhnya korban dari pihak Armenia di Anatolia timur ketika beberapa kelompok berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Utsmaniyah. Relokasi berikutnya dari orang-orang Armenia mengakibatkan banyak korban.
Turki keberatan dengan penyajian insiden ini dikategorikan sebagai genosida, menggambarkan mereka sebagai tragedi di mana kedua belah pihak mengalami banyaknya berjatuhan korban.
Erdogan juga memaparkan bahwa Turki tidak hanya melindungi perbatasannya namun juga NATO, menambahkan bahwa Ankara tidak hanya memerangi terorisme akan tetapi juga menghadapi tekanan kuat dari migrasi yang tidak berarah.
Mengomentari peran potensial Turki di Afghanistan setelah penarikan pasukan NATO , Erodgan mengatakan Turki adalah satu-satunya negara yang dapat dipercaya untuk melanjutkan proses setelah penarikan.
Agenda positif diprioritaskan untuk pertemuan mendatang antara Erdogan dan Biden, dengan potensi bidang kerja sama dan peluang diharapkan mendominasi pembicaraan selain diskusi terkait ketidaksepakatan yang sedang berlangsung.
Biden dan Erdogan dijadwalkan bertemu dan membahas berbagai masalah termaksud Suriah, Afghanistan, Mediterania Timur dan masalah S-400 di sela-sela KTT NATO di Brussels pada hari Senin. Pertemuan itu dilakukan dengan latar belakang ketegangan yang cukup besar antara kedua negara. Meskipun sekutu NATO Turki dan AS telah menyuarakan minat untuk mengatur ulang hubungan yang tegang baru-baru ini, ketidaksepakatan pada beberapa poin tetap ada, dan sumber telah menunjukkan bahwa kerja sama politik adalah kunci kemajuan.
Ankara dan Washington tidak setuju pada sejumlah masalah yang semakin mempererat hubungan bilateral dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh Turki hingga dukungan AS kepada kelompok teroris PKK cabang Suriah, kelompok teroris YPG, serta penolakan AS untuk mengekstradisi Fetullah Gulen, pemimpin Kelompok Teror Gulenist (FETO) dan beberapa masalah hukum lainnya.
"Tantangan terbesar yang dihadapi hubungan Turki-AS bukanlah masalah pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia oleh Ankara, melainkan dukungan Washington untuk sayap organisasi teroris PKK Suriah, YPG," ucap Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar baru-baru ini.
Kedua sekutu NATO tersebut juga memiliki pandangan yang berbeda mengenai beberapa isu regional, seperti konflik Nagorno-Karabakh serta kegiatan eksplorasi hidrokarbon Ankara di Mediterania Timur. Di sisi lain, kedua pemimpin diharapkan untuk membahas potensi kerjasama bidang dan peluang dalam isu-isu regional, terutama di Libya, Afghanistan dan barat laut Suriah.
Terdapat bidang kesamaan termaksud upaya untuk mencapai solusi politik di Libya dan oposisi terhadap rezim Bashar Assad di Suriah. Kedua negara juga dapat memainkan peran utama dalam rekonstruksi Libya, sementara keduanya mempertahankan kelanjutan bantuan lintas batas ke Suriah barat laut meskipun ditentang oleh Rusia.
Turki mendekati pertemuan mendatang antara Erdogan dan Biden dengan agenda positif, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut avusoglu menyatakan pekan lalu, bahwa Ankara telah menerima sinyal optimis serupa dari Washington. avusoglu mencatat bahwa AS ingin bekerja sama dengan Turki tidak hanya dalam masalah Libya dan Suriah, namun juga di banyak wilayah mulai dari Mediterania hingga Laut Hitam dan wilayah Kaukasus.
"Biden juga menantikan guna meninjau keluasan penuh hubungan Ankara-Washington, karena ia dan Erdogan dijadwalkan untuk bertemu dan membahas Suriah, Afghanistan, dan masalah regional lainnya," tutur penasihat keamanan nasional AS pekan lalu.
Erdogan dalam waktu dekat, mengungkapkan bahwa ia yakin pertemuan tatap muka pertamanya bersama Biden akan menandai awal dari era baru.
"Saya percaya bahwa pertemuan kami dengan Biden di KTT NATO akan menjadi pertanda era baru," ungkap Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi sambil mengadakan panggilan meja bundar bersama kelompok eksekutif dari perusahaan besar AS.
"Dari Suriah hingga Libya, dan dari perang melawan terorisme hingga energi, dan dari perdagangan hingga investasi, kami memiliki potensi serius untuk bekerja sama dengan AS," ujar presiden Turki.
Sumber, Dailysabah.