Ghazinews.xyz - Serangan yang dilakukan oleh rezim Bashar Assad serta kelompok teroris yang didukung Iran telah menewaskan dua warga sipil, termaksud seorang anak, dan melukai enam lainnya di provinsi barat laut Idlib pada Sabtu malam.
![]() |
Serangan Rezim Assad Tewaskan 2 warga sipil dan 6 Luka-luka di Idlib Suriah. |
Menurut kelompok pertahanan sipil White Helmets, pasukan rezim menargetkan distrik Atarib dari benteng oposisi besar terakhir, Idlib. Sementara dua warga sipil telah tewas dalam insiden tersebut, enam lainnya segera dipindahkan ke rumah sakit.
Sebelumnya pada hari tersebut, pasukan rezim melanjutkan pemboman mereka di wilayah Suriah utara, menargetkan desa Bazabur di pedesaan Idlib dengan peluru artileri.
"White Helmets menanggapi dan menyaksikan kehancuran besar-besaran rumah sipil, serta tidak ada korban jiwa yang tercatat," ungkap kelompok tersebut.
Zona de-eskalasi Idlib dibentuk berdasarkan kesepakatan antara Turki dan Rusia. Wilayah tersebut telah menjadi subjek berbagai pemahaman gencatan senjata, yang sering dilanggar oleh rezim Assad beserta sekutunya.
Gencatan senjata yang rapuh ditengahi antara Moskow dan Ankara pada Maret 2020 sebagai tanggapan atas pertempuran berbulan-bulan oleh rezim yang didukung Rusia.
Hampir satu juta orang telah melarikan diri dari serangan rezim Assad. Rezim masih sering melakukan serangan terhadap warga sipil, menghalangi sebagian besar untuk kembali ke rumah mereka dan memaksa mereka untuk tinggal pada kamp-kamp darurat.
Selama bertahun-tahun, rezim Bashar Assad telah mengabaikan kebutuhan dan keselamatan rakyat Suriah, hanya mengincar keuntungan lebih lanjut dari wilayah tersebut dan menghancurkan oposisi.
Dengan tujuan ini, rezim selama bertahun-tahun telah mengebom fasilitas vital termaksud sekolah, rumah sakit beserta daerah pemukiman, yang menyebabkan perpindahan hampir setengah dari populasi negara sementara mengadopsi kebijakan yang membuat hidup mereka ke arah yang lebih sulit.
Terlepas dari kondisi negara dan rakyatnya yang mengerikan, rezim Assad mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan pemilihan pada 26 Mei. Pemungutan suara tersebut diharapkan dapat membuat Assad tetap berkuasa di negara yang hancur perihal satu dekade perang saudara.
Pemilihan tersebut dilakukan ketika Suriah juga terperosok dalam krisis ekonomi yang parah, diperburuk oleh sanksi, pandemi, serta keterpurukan keuangan di Lebanon.
Baru-baru ini, pengungsi Suriah di Idlib mengecam pemilihan presiden rezim Assad yang akan datang sebagai bentuk tidak sah, menggarisbawahi bahwa itu tidak dapat diterima bagi seseorang yang membunuh rakyatnya sendiri dan telah membuat jutaan orang mengungsi untuk mengadakan pemungutan suara di negara tersebut.
Perang Suriah telah menewaskan lebih dari 387.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi semenjak tahun 2011 dengan penindasan brutal terhadap protes anti-pemerintah.
Sumber, Dailysabah.