Ghazinews.xyz - Sebuah konvoi truk bantuan internasional yang mulai meluncur ke Gaza melalui perbatasan Karem Abu Salem, (Kerem Shalom), dihentikan pada hari Selasa ketika Israel menutup penyeberangan dengan alasan serangan mortir yang terjadi di daerah tersebut.
![]() |
Israel Tutup Perbatasan Gaza, Lumpuhkan Pengiriman Bantuan. |
Langkah penutupan jalur Gaza pada Selasa tersebut dilakukan tak lama setelah Koordinator Kegiatan Pemerintah Israel di Wilayah (COGAT) mengumumkan pembukaan sementara perbatasan untuk pengiriman bantuan.
COGAT menyatakan dalam sebuah pernyataan kemudian bahwa penyeberangan perbatasan ditutup setelah seorang tentara Israel terluka ringan dalam serangan tersebut.
"Setelah bom mortir ditembakkan ke arah Penyeberangan Kerem Shalom… diputuskan untuk menghentikan masuknya sisa truk," ucap COGAT.
Sebelumnya, Karl Schembri, penasihat media untuk Timur Tengah di Dewan Pengungsi Norwegia, mengungkapkan kepada Al Jazeera Bahwa Gaza akan tercekik bila penyeberangan Keram Abu Salem dan Beit Hanoon (Erez) ditutup.
"Sangat penting bahwa penyeberangan terbuka, ungkap Schembri.
"Warga Palestina di jalur gaza tidak hanya membutuhkan barang bantuan yang penting, mereka saat ini juga membutuhkan bantuan kemanusiaan yang vital. Dan Israel perlu memberikan jaminan bahwa barang bantuan akan diberikan jalur yang aman."
Schembri juga memaparkan perlu ada koridor kemanusiaan serta gencatan senjata agar para penyalur bantuan dapat masuk dan menilai kebutuhan masyarakat.
"Tidak ada pengiriman yang bisa dilakukan selama pemboman berlanjut," ucapnya.
Pada hari Selasa, badan bantuan PBB menyatakan lebih dari 52.000 warga Palestina telah terlantar akibat serangan udara Israel yang telah menghancurkan atau rusak parah hampir 450 bangunan di Jalur Gaza.
Sekitar 47.000 pengungsi telah mencari perlindungan di 58 sekolah yang dikelola PBB pada jalur Gaza, Jens Laerke, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Jenewa, mengungkapkan kepada wartawan.
Laerke menjelaskan terdapat 132 bangunan hancur dan 316 rusak parah, termaksud enam rumah sakit dan sembilan pusat kesehatan utama serta pabrik desalinasi, yang mempengaruhi akses ke air bersih guna dapat di minum bagi sekitar 250.000 orang.
"Terdapat kurangnya pasokan medis yang parah, risiko penyakit yang ditularkan melalui air dan penyebaran COVID-19 disebabkan orang-orang terlantar berkerumun di sekolah," ucap Margaret Harris, selaku juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia.
Kelompok hak asasi yang berbasis di London, Amnesty International akan mengupayakan penyelidikan serangan udara terhadap bangunan tempat tinggal di Gaza.
"Pasukan Israel telah menunjukkan pengabaian yang mengejutkan terhadap kehidupan warga sipil Palestina dengan melakukan sejumlah serangan udara dengan menargetkan bangunan tempat tinggal, dalam beberapa kasus yang menewaskan seluruh keluarga termaksud diantaranya anak-anak dan menyebabkan kerusakan terhadap properti sipil, dalam serangan penunjukan perang kejahatan atau kejahatan terhadap kemanusiaan," ungkap Amnesty.
Amnesty menyatakan pihaknya mendokumentasikan empat serangan mematikan yang dilakukan Israel terhadap rumah-rumah pemukiman tanpa peringatan sebelumnya dan meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelidiki.
Dinyatakan serangan Israel pada 11 Mei menghancurkan dua bangunan tempat tinggal milik keluarga Abu al-Ouf dan al-Kolaq, yang menewaskan 30 orang, 11 di antaranya anak-anak.
"Seorang wanita dan tiga anaknya tewas pada 14 Mei ketika gedung berlantai tiga milik keluarga al-Atar dihantam, tuturnya.
Ia menambahkan bahwa rumah Nader Mahmoud Mohammed Al-Thom, tempat ia tinggal bersama delapan orang lainnya, diserang tanpa peringatan pada 15 Mei.
Setidaknya 213 warga Palestina, termaksud 61 anak-anak, telah tewas di Gaza sejak serangan dimulai. Sekitar 1.500 warga Palestina terluka.
Sumber, Al Jazeera.