Wednesday, 26 May 2021

Hadapi Keterpurukan Ekonomi, Kami Tidak akan Menyerah Palestina akan Bangkit

0
Ghazinews.xyz - Kerja keras, tetesan keringat, serta upaya selama bertahun-tahun mengalir ke perusahaan percetakan 3D milik Mohammed Abu Matar, Tashkeel 3D.

Gambar Ilustrasi Pembenahan jalan Gaza usai Gencatan
Hadapi Keterpurukan Ekonomi, Kami Tidak akan Menyerah Palestina akan Bangkit.

Fasilitasnya percetakan nya merupakan satu-satunya yang memadai di seluruh Jalur Gaza, mampu memproduksi persediaan medis pokok yakni stetoskop dan torniket, barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh rumah sakit Gaza namun sulit diperoleh di bawah blokade Israel-Mesir selama 14 tahun.

Jumlah besar bahan dan persediaan telah dilarang oleh Israel untuk memasuki Jalur Gaza selama bertahun-tahun karena diklasifikasikan sebagai penggunaan ganda. Menjadikan percetakan 3D Abu Matar sebagai cara guna menghindari blokade dan mencetak barang-barang penting yang menyelamatkan jiwa dengan biaya rendah.

Namun tepat 18 Mei pada pukul 6 pagi, serangan udara Israel meratakan gedung yang menampung labnya, sebuah tragedi bagi Abu Matar dan timnya yang terdiri dari tiga orang.

"Ketika saya mendengar berita tersebut, semua ingatan saya pada tempat itu menghampiri tepat di depan mata saya seperti film yang spontan di putar. Hal itu merupakan impian masa kecil saya," ungkap Abu Matar (35), menyatakan kepada media Al Jazeera.

"Israel tidak mengizinkan printernya masuk atau mesin canggih apa pun melalui Jalur Gaza, jadi kami harus mulai dari awal dan membangun kemampuan itu sendiri. Itu termaksud material, mesin, penelitian yang telah dihancurkan."

Dikarenakan tidak dapat mengimpor peralatan yang dibutuhkan, Abu Matar beserta timnya membuat sendiri printer 3D pertama di Gaza pada tahun 2014 dengan mengumpulkan suku cadang dan mengikuti desain sumber terbuka secara online. Mereka menyatukan mesin pengolah CNC dan pemindai 3D yang belum tersedia hingga saat itu di Gaza.

Sejak 2017, Abu Matar memperkirakan mereka memasukkan sumber daya senilai lebih dari $ 150.000, namun hal ini jelas bukan tentang uang atau pendapatan.

"Itu menghabiskan banyak penelitian dan pemikiran. Itu sangat berharga," ucap Abu Matar.

Abu Matar dan timnya memiliki kontrak dengan berbagai klinik serta LSM termaksud Doctors Without Borders (MSF), yang mengandalkan mereka untuk perangkat cetak medis 3D.

"Hal ini sangat berarti bagi saya ketika saya tahu bahwa teknologi dan proyek saya membantu pasien di Gaza,” tuturnya.

Gencatan yang rapuh telah terjadi di Gaza sejak Jumat pagi setelah Jalur itu mengalami serangan militer terburuk dalam beberapa tahun, yang menjatuhkan korban sedikitnya 248 warga Palestina, termaksud 66 anak-anak dalam serangan udara Israel.

Banyak situs komersial dan inovatif yang menjadi sasaran pasukan Israel selama 11 hari serangan udara Israel, yang merupakan sumber daya yang tak ternilai bagi daerah padat penduduk yang diblokade. Pasukan Israel juga menghancurkan toko buku milik ayah mertua Abu Matar, yang menyimpan buku langka di tempat lain pada jalur Gaza, imbuh Abu Matar.

Jalur Gaza timur tempat kawasan industri berada, 18 pabrik menjadi sasaran serangan udara Israel, menurut Bajes El Dalou, direktur departemen investasinya.

"Sejumlah sepuluh pabrik hancur dan delapan rusak parah, mempengaruhi 200 karyawan yang sekarang tidak lagi bekerja," tutur El Dalou kepada Al Jazeera.

"Saya tidak berpikir tentang serangan udara Israel yang menargetkan pabri. Namun untuk melanggar keinginan kami sebagai manusia yang menghancurkan kami, perihal tersebut telah menjadi sesuatu yang biasa kami hadapi," imbuh El Dalou.

Ketika Nihad al-Sawafiri mendengar bahwa perusahaan furniturnya dihancurkan pada 17 Mei di kawasan industri dekat perlintasan perbatasan al-Muntar, dikenal sebagai Karni ke Israel. 

"itu seperti mimpi yang tiba-tiba menghilang", ucap Nihad.

Sebelum meluncurkan perusahaannya, ia mencari lokasi teraman di Gaza guna menjalankan bisnisnya.

Sebuah asosiasi bisnis Palestina memberitahunya bahwa ada perjanjian dan perjanjian internasional yang telah mengamankan bagian timur Gaza sebagai daerah yang aman dari serangan Israel di mana bisnis dapat tumbuh, ucap Al-Sawafiri mengatakan kepada Al Jazeera.

"Tapi tetap saja, itu diserang dan saya kehilangan bisnis saya. Bayangkan bekerja keras selama 30 tahun dan Anda mengalami hal tersebut dalam," atau al-Sawafiri.

"Saya tidak tahu berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk membangun kembali bisnis ini, namun setidaknya jika semuanya berjalan lancar dan uang rekonstruksi kembali ke Gaza, saya akan membutuhkan waktu enam bulan untuk memulai semuanya dari nol.

“Uang dan bisnis dapat diberi kompensasi, namun kehidupan manusia tidak bisa, jadi saya senang kita keluar dari perang ini."

Mohammed Fora (28), pemilik tempat pangkas rambut di distrik Shejaiya timur Kota Gaza, juga terkena Serangan politik Isreal dihancurkan jet
 tempur Israel pada 16 Mei.

Fora berserta saudara laki-lakinya memulai bisnis untuk menafkahi keluarganya, serta saudara laki-laki mereka yang memiliki cacat fisik dan membutuhkan perawatan terus menerus.

"Saat ini, semuanya lenyap," ucap Fora kepada Al Jazeera.

Dia harus membangunnya kembali dari awal, namun membutuhkan biaya sebesar $ 15.000 sekitar 10 tahun yang lalu, dan itu adalah proses yang sulit.

"Saya akan menunggu komite rekonstruksi Gaza memberi kompensasi kepada saya, akan tetapi hal itu sering memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Saat ini, saya dan saudara laki-laki saya sedang mencari pekerjaan manual terpisah seperti pekerja rekonstruksi. Kami harus terus maju, jika tidak kami tidak bisa bertahan hidup," ucap Fora.

"Kami tidak ingin ada yang merasa sedih untuk kami, setidaknya biarkan kami hidup. Tinggalkan kami sendiri. Saya kecewa dengan komunitas internasional. Itu hanya basa-basi. Jika mereka cukup peduli, mereka akan melakukan sesuatu sejak awal."

ia mencatat tempat pangkas rambutnya hancur ketika serangan udara Israel menghantam kuburan di sebelahnya. 

"Mengapa Anda menargetkan orang mati? Sungguh ironi bahwa orang mati pun dapat merasa nyaman," imbuh Fora.

Bagi Abu Matar, dia hanya bersyukur dan orang yang dicintainya selamat dari serangan itu.

"Selama perang ini, tidak ada yang berharap bisa keluar dari konflik ini hidup-hidup. Saya kehilangan bisnis yang telah saya dan tim saya lakukan dengan begitu banyak upaya serta membutuhkan sumber daya besar, ini adalah bencana besar, namun nyawa manusia benar-benar lebih berharga."

Halaman crowdfunding dapat membantu labnya berfungsi kembali. Dalam 36 jam, para donor menyumbang sekitar $ 27.000, lebih dari setengah jumlah target.

"Kami semua sedih dengan berita tersebut, ketika kami mendengar bahwa Israel akan menghancurkan tempat dimana usaha kami beroperasi. Namun kami juga memahami bahwa benih perusahaan kami menentang dan terus menantang pendudukan Israel di tanah ini, dan kami akan bekerja lebih keras untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan Israel," tegas Abu Matar.

“Pesan saya adalah harapan dan tantangan. Kami tidak akan menyerah. Kami akan melanjutkan dan kami akan membangun perusahaan kami lagi. Gaza adalah tentang pembangkangan dan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kita akan melakukannya."


Sumber, Al Jazeera.
Author Image
AboutGhazinewss

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment