Ghazinews.xyz - Ribuan jemaah hadir di Lapangan Taksim pusat Istanbul pada hari Jumat untuk menandai peresmian oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan yakni sebuah masjid baru yang megah dan kontroversial.
![]() |
Orang-orang menyaksikan Presiden Erdogan dari layar besar selama peresmian Masjid [Emre Caylak / Al Jazeera]. |
Pembukaan tersebut memenuhi ambisi lama oleh berbagai pemerintah sejak 1950-an untuk membangun tempat ibadah Muslim di alun-alun, yang sering dianggap sebagai simbol sekularisme bapak pendiri Turki Mustafa Kemal Ataturk.
Peresmian juga bertepatan dengan peringatan protes anti-pemerintah besar-besaran, yang dimulai di dekat Taman Gezi pada 28 Mei 2013, karena rencana pembangunan pemerintah.
Layar di alun-alun menunjukkan doa pertama di masjid, yang menjulang di atas patung perunggu dan marmer yang menggambarkan Ataturk, sementara jamaah duduk di sajadah beralas kertas sekali pakai.
![]() |
Orang-orang yang berfoto selfie sebelum salat Jumat pertama di depan Masjid Taksim Square [Emre Caylak / Al Jazeera]. |
Sedang pekerja kota membagikan masker dan pembersih, terdapat jarak sosial di antara kerumunan yang ramai (Prokes) meskipun Turki baru-baru ini keluar dari penguncian COVID-19 yang paling ketat.
Kedatangan Erdogan disambut dengan tepuk tangan saat ia melambai ke kerumunan sebelum masuk ke dalam.
"Kami telah menunggu lama sekali untuk masjid ini," Mehmet Ali Karahacioglu (68), menyatakan kepada media Al Jazeera.
"Tidak ada yang bisa melakukannya, hanya Erdogan. Dia pria yang spesial bagiku. Alun-alun Taksim sekarang memiliki pemandangan yang sangat indah, saya berharap mereka bisa membangun masjid ini 50 tahun yang lalu," ujarnya.
Dalam pidatonya, Erdogan menyatakan dia berharap itu akan menerangi kota kita seperti lampu minyak selama berabad-abad mendatang.
Taksim adalah titik fokus kehidupan di sisi Eropa Istanbul. Taksim terhubung dengan jalan perbelanjaan utama, Istiklal, dan biasanya ramai dengan pembeli, turis, pekerja, serta pengunjung pesta.
Daerah tersebut merupakan rumah bagi agama dan etnis minoritas Istanbul selama era Ottoman dan ada beberapa gereja di sekitarnya, termasuk gereja Ortodoks Yunani terbesar di kota tersebut.
"Kami tidak memiliki cukup masjid di sekitar area tersebut, jadi ini sangat bagus," tutur Canan Kurtoglu (53), yang menghadiri shalat dan bekerja untuk subkontraktor yang membangun pintu masjid.
Bagi para kritikus, kubah baru selebar 28 meter dan dua menara menjulang menjulang di atas alun-alun sebagai upaya Erdogan bersama Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) berkuasa sejak 2002, guna penekanan tanda kebangkitan Islam di Turki dan konservatif dominasi atas area tersebut.
Soner Cagaptay, selaku direktur program penelitian Turki di Institut Washington untuk Kebijakan Timur, menyatakan pada Twitternya.
"Bahwa dengan melindungi masjid simbolis besar di kota kelahirannya. Erdogan tampaknya bertekad untuk meninggalkan jejaknya yang tak terhapuskan di Turki." Cuit Soner Cagaptay.
Erdogan mendorong pendirian sebuah masjid daerah tersebut sejak ia menjadi walikota Istanbul pada tahun1990-an, namun, rencana itu digagalkan oleh intervensi militer di tahun 1997 dengan menggulingkan pemerintah Islamis negara tersebut, dan oleh serangkaian pertempuran hukum dan publik.
Selama pidato setelah doa pengukuhan, Erdogan menyalahkan protes Gezi atas proyek masjid yang tidak membuahkan hasil lebih awal, menyebutnya sebagai momen ketika para teroris itu melawan kami.
Protes Gezi dipicu oleh rencana Erdogan untuk membangun pusat perbelanjaan yang dirancang seperti barak era Ottoman di ruang hijau yang langka di daerah tersebut, namun tanggapan polisi yang keras membuatnya menyebar ke seluruh negeri dalam kerusuhan yang berlanjut selama berbulan-bulan.
Pembangunan masjid akhirnya dimulai pada tahun 2017. Masjid baru berkapasitas 2.250 dilaporkan juga berisi ruang pameran, perpustakaan, dapur umum, dan tempat parkir mobil.
Ini adalah landmark keagamaan utama ketiga yang didirikan di kota itu baru-baru ini dibawah kepemimpinan Erdogan.
Masjid Camlica besar yang menghadap ke sisi kota Asia dibuka pada Maret 2019.
Hagia Sophia yang berusia 1.400 tahun, yang awalnya adalah sebuah gereja sebelum menjadi masjid di bawah Ottoman dan kemudian menjadi museum di bawah Ataturk, diubah menjadi masjid di tahun lalu.
Di seberang alun-alun dari masjid merupakan Pusat Kebudayaan Ataturk, sebuah bangunan tahun 1960-an yang digantung oleh pengunjuk rasa Gezi dengan spanduk pada tahun 2013 namun dihancurkan pada tahun 2019.
Bangunan ini sekarang diganti dengan Pusat Kebudayaan Ataturk baru yang akan mengadakan gedung opera, serta ruang pameran, kafe, dan restoran.
Sumber, Al Jazeera.