Monday, 24 May 2021

Diduga Yahudi Ortodoks Ingin Jadikan Al-Aqsa Sebagai Tempat Ibadah

0
Ghazinews.xyz - Terdapat beberapa gerakan pemukim Israel yang terlibat dalam mendorong jamaah Yahudi untuk diizinkan beribadah di Al-Aqsa, memperkuat ketakutan warga Palestina bahwa situs tersuci ketiga Islam akan mengarah pada situasi Masjid Ibrahimi di Hebron pada Tepi Barat selatan.

Gambar Ilustrasi Perkumpulan Yahudi Ortodok
Diduga Yahudi Ortodoks Ingin Jadikan Al-Aqsa Sebagai Tempat Ibadah.

Menyusul kekerasan terhadap puluhan warga Palestina pada tahun 1994 setelah seorang pemukim Israel melepaskan tembakan saat warga Palestina melakukan Ibadah Shalat, Masjid Ibrahimi dibagi menjadi tempat beribadah kaum Yahudi dan tempat beribadah Umat Muslim.

Salah satu gerakan pemukim garis keras yang paling keras adalah Temple Mount dan Gerakan Setia Tanah Israel, yakni sebuah kelompok Yahudi Ortodoks yang bertujuan membangun kembali Kuil Yahudi Ketiga di atas dasar Masjid Al-Aqsa dan mengembalikan praktik ritual pengorbanan, menurut situs web mereka.

Gerakan ini didirikan pada tahun 1967 oleh mantan perwira militer Israel dan dosen studi Timur Tengah Gershon Salomon.

Di tahun 1980-an, terdapat dua upaya kelompok garis keras Yahudi guna menghancurkan situs-situs Islam di kompleks Al-Aqsa.

Pada tahun 1990, terdapat 17 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka oleh polisi perbatasan paramiliter Israel setelah kerusuhan meletus menyusul pengumuman oleh Temple Mount Faithful bahwa mereka bermaksud untuk meletakkan landasan bagi Kuil Yahudi Ketiga pada halaman kompleks Al-Aqsa. 

Setelah bentrokan, polisi Israel melarang anggota gerakan tersebut memasuki kompleks Al-Aqsa.

Akan tetapi pemerintah Israel, yang selalu mendukung gerakan pemukim Israel, telah bergerak lebih jauh melebihi batasan selama bertahun-tahun.

Institut Kuil di Kota Tua Yerusalem sebagian didanai oleh pemerintah Israel. Hal ini menghasilkan objek ritual pada Kuil untuk mengantisipasi rekonstruksinya, sementara pertunjukan ritual pengorbanan yang disimulasikan oleh para pendeta dengan jubah putih diadakan setiap tahun sebelum Paskah Yahudi di dekat Masjid Al-Aqsa.

"Dua puluh hingga 30 tahun yang lalu, ekstremis pemukim Israel berada di pinggiran masyarakat, namun hari ini kita hidup dalam kenyataan di mana ekstremis sayap kanan Itamar Ben-Gvir adalah anggota Knesset," ujar Rami Younis, jurnalis Palestina yang berbasis di Lod, kepada media Al Jazeera.

Ben-Gvir, merupakan pendukung gerakan Kahanist, yang mengadvokasi pengusiran warga Palestina, pemicu sebab kerusuhan Sheikh Jarrah dikarenakan kelompok tersebut memprovokasi beberapa kerusuhan di Sheikh Jarrah dengan mendirikan kantor sementara di dekat pemukiman ilegal Shimon Tzadak, sebelum diminta oleh Perdana Menteri Israel Benjamin.

Kekerasan memuncak selama bulan suci Ramadhan ketika kelompok sayap kanan Israel berbaris di Kota Tua, menghina warga Palestina dengan meneriakkan ucapan yang kurang pantas bagi warga Palestina.

Younis menyatakan ia juga percaya media Israel memungkinkan para pemukim Israel dengan memberikan liputan yang luas dari sudut pandang mereka.

“TV Israel telah memberi Ben-Gvir 509 menit waktu tayang selama dua minggu terakhir sementara saya diberi sembilan menit," ucap Younis.

Ia juga mengklaim polisi Israel melegitimasi perilaku pemukim dengan kejam selama serangan baru-baru ini, dengan mengatakan garis antara Tepi Barat yang diduduki warga di Yerusalem dalam Garis Hijau yang menjadi semakin kabur.

"Polisi Israel mengawal bus pemukim Israel dengan perlengkapan militer dari Tepi Barat ke Lod, memungkinkan mereka untuk melanggar jam malam, mereka menyatakan datang untuk pertahanan Israel di sana," ujar Younis.

Pemerintah Israel telah berulang kali mengungkapkan akan melindungi hak semua agama untuk beribadah di Yerusalem Timur yang dikuasai Isreal pada masing-masing tempat suci.

Namun, Halima Abu Haneya, yang merupakan spesialisasi dalam ilmu sosial, memaparkan pemerintah Israel telah mendorong para pemukim Israel untuk beribadah di area halaman Masjid Al-Aqsa dan berulang kali melindungi mereka ketika terjadi kerusuhan dengan menangkap warga Palestina, akan tetapi melakukan pembiaran terhadap pemukim Israel ketika mereka melakukan tindakan kekerasan kepada warga Palestina.

"Lebih lanjut, ketika pemukim Israel melakukan tindakan dengan melukai dua warga Palestina secara serius selama bentrokan di Shu'afat, di Yerusalem Timur baru-baru ini, polisi Israel tidak pernah tiba dan tidak ada pemukim Israel yang ditangkap," Imbuh Abu Haneya memaparkan kepada media Al Jazeera.

Kekhwatiran warga Palestina atas pembagian Al-Aqsa adalah bagian dari apa yang mereka ucapkan sebagai proses Israel yakni Yudaisasi. Mayoritas Yahudi, pemerintah Israel mengulangi bahwa Yerusalem akan bersatu dan berada di bawah kendalinya secara permanen.

"Selama pendudukannya atau penguasaan Israel, secara signifikan membatasi pembangunan masjid Al-Aqsa Palestina di Yerusalem Timur," ucap perwakilan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Lebih dari sepertiga Yerusalem Timur telah diambil alih untuk pembangunan permukiman Israel, meskipun hukum humaniter internasional melarang pemindahan warga sipil ke wilayah pendudukan.

"Hanya 13 persen dari area yang dianeksasi saat ini dan dikategorikan oleh otoritas Israel guna mskonstruksi Palestina, di mana warga Palestina memiliki kemungkinan untuk mendapatkan izin bangunan, yang mahal dan sulit diperoleh."

Duduk di luar rumah al-Kurd, dan melihat langsung ke arah pemukiman Shimon Tzadak di seberang jalan, Muhammad Sabbah menyatakan kepada media Al Jazeera bahwa keluarganya adalah salah satu dari delapan yang menghadapi kemungkinan pengusiran di Syekh Jarrah.

Gambar Muhammad Sabbah Seorang Warga Palestina yang Berjuang Mempertahankan Tempat Tinggal di Sheikh Jarrah
Muhammad Sabbagh bersama Keluarga menghadapi pengusiran paksa dari lingkungan Yerusalem Timur yang diduduki Sheikh Jarrah (Mel Frykberg / Al Jazeera)

“Ada beberapa pengusiran selama bertahun-tahun. Ini proses yang berkelanjutan. Akan tetapi jika pengadilan Israel memutuskan dengan mendukung pengusiran kami tidak akan bergerak - dalam keadaan apa pun. "

Sumber, Al Jazeera.
Author Image
AboutGhazinewss

Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

No comments:

Post a Comment