![]() |
Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi ialah pria yang terindentifikasi sebagai pimpinan baru ISIS usai Abu Bakr al-Baghdadi. |
Pimpinan baru ISIS tersebut ternyata mantan tahanan militer AS yang kooperatif, guna memberikan informasi penting perihal kelompok teror tersebut.
Catatan riwayat al-Qurashi tersebut terungkap pada dokumen AS yang tak dirahasiakan, info diperoleh melalui berita yang dilansir The Washington Post.
Menurut dokumen data tersebut, al-Qurashi ialah mantan tahanan yang membantu AS melenyapkan rivalnya pada organisasi teroris serta cikal bakal kelompok ISIS. Ia bekerja untuk AS saat berada di penjara pada akhir tahun 2000-an guna mengidentifikasi para petinggi kelompok teroris.
Laporan tersebut berdasarkan pada hasil interogasi rahasia sebelumnya yang mencatat informasi penting yang kemudian diserahkan al-Qurashi kepada Amerika.
Pada dokumen AS menyebutkan terkadang ia ingin membocorkan informasi yang membantu pasukan AS melakukan operasi vital terhadap kelompok teror tersebut.
Hal itu termasuk informasi yang sangat membantu pasukan AS menemukan markas besar rahasia media ISIS.
“Tahanan tampaknya lebih kooperatif dengan setiap sesi,” ungkap laporan tahun 2008 yang diperoleh oleh The Washington Post, yang menggunakan nama asli al-Qurashi, yakni Amir Muhammad Sa'id Abd-al-Rahman al-Mawla.
"Tahanan memberikan banyak informasi tentang rekanan ISIS.”
Al-Qurashi ditahan sejak akhir 2007 atau awal 2008 pada catatan interogasi yang dihentikan pada Juli 2008. Sayangnya dokumen tersebut tak menyebutkan kapan Al-Qurashi dibebaskan AS.
Selama dua bulan saat ia menjadi tahanan AS Al-Qurashi memberikan informasi "harta karun," termasuk menyediakan nomor telepon 19 pejabat cikal bakal kelompok ISIS. Teroris tersebut secara resmi dideklarasikan oleh pemimpin pertamanya, Abu Bakr al-Baghdadi, di Mosul, Irak, pada 2014.
Al-Qurashi, lanjut laporan The Washington Postkemarin, juga membantu AS guna mengembangkan sketsa para pemimpin kelompok teroris.
Pada titik yang tidak diketahui al-Qurashi berhenti bekerja sama, serta pada laporan tersebut menyatakan bahwa ia menjadi "cemas" atas statusnya.
"Tampak menunjukkan bahwa ia mengharapkan imbalan atas jumlah informasi yang dia berikan," ungkap media The Washington Post.
Pemerintah Amerika Serikat belum memberi komentar perihal bocornya dokumen mengenai sosok pimpinan baru ISIS tersebut. Sosok al-Qurashi saat ini menjadi buron, di mana Amerika menawarkan hadiah USD10 juta guna informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Sumber, Sindonews.