![]() |
Milisi etnis Karen mengatakan sekitar 12 ribu warga pada perbatasan Myanmar dan Thailand kabur dari tempat tinggal mereka. |
"Serangan udara membuat 12 ribu orang kabur dari beberapa Desa mereka dan menyebabkan krisis kemanusiaan besar," pernyataan milisi Serikat Nasional Karen (KNU) dilansir AFP, Sabtu (3/4).
Mereka mengecam penggunaan "kekuatan berlebihan dengan melakukan pengeboman serta serangan udara yang tak henti, hingga menyebabkan kematian banyak orang, termasuk anak-anak."
Juru bicara junta militer, Zaw Min Tun, berucap bahwa mereka hanya menggempur Brigade ke-5 KNU menyerang markas-markas militer dan menewaskan aparat.
"Kami hanya melakukan serangan pada hari itu saja," imbuh Zaw.
"Kami telah menandatangani kesepakatan gencatan senjata nasional. Jika mereka mau mengikuti perjanjian tersebut, konflik semacam itu tak akan terjadi," imbuh Zaw.
Militer telah mendeklarasikan gencatan senjata secara sepihak pada Kamis (1/4) lalu. Dalam kesepakatan sepihak, militer berjanji tidak akan menyerang kelompok etnis.
Kemudian, junta militer menegaskan bahwa mereka akan bertindak apabila milisi etnis yang melakukan serangan terlebih dulu.
Junta mendeklarasikan secara sepihak, gencatan senjata ini setelah milisi etnis dari berbagai daerah perbatasan Myanmar nyatakan telah penolakan perihal kudeta militer.
Bukan hanya geretak, KNU bahkan telah mengupayakan serangan ke salah satu markas aparat pada awal pekan lalu. Merespon serangan tersebut pihak militer pun membalas dengan melancarkan serangan udara ke Kayin, tempat KNU bermarkas.
Berimbas pada gempuran tersebut, sekitar lebih kurang 3.000 warga kabur ke Thailand. Sehingga negara tetangga itu langsung meminta junta militer guna menghentikan kekerasan.
Sumber CNN.