Ghazinews.xyz - Suriah akan berupaya menggelar pemilu presiden pada 26 Mei mendatang. Hamouda Sabbagh selaku Ketua Parlemen telah mengumumkan Jadwal pemilu tersebut pada Minggu (18/4).
 |
| Suriah akan berupaya menggelar pemilu presiden pada 26 Mei mendatang. |
Pemilu digelar ditengah Suriah terperosok dalam krisis ekonomi parah. Ditambah dengan kondisi sanksi pandemi virus corona, serta kekacauan keuangan di Libanon.
Beberapa pihak berpendapat pemilu tersey hanya akan menjadikan Presiden Bashar al-Assad tetap berkuasa pada negara yang hancur akibat perang saudara tersebut.
Hal ini akan menjadi pemilu kedua sejak konflik pecah pada Maret 2011 lalu. Sejumlah 388.000 orang tewas semenjak perang saudara dan membuat setengah masyarakat mengungsi.
Pengaruh Barat telah memperingatkan perihal pemilu tersebut tidak akan berlangsung "bebas dan adil". Sedang tokoh oposisi Nasr Hariri mengecam pemilihan yang akan datang sebagai "lelucon".
Assad yang berkuasa setelah kematian ayahnya Hafez di tahun 2000, secara resmi belum mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri kembali. Pria 55 tahun tersebut memenangkan pemilu sebelumnya yang digelar tiga tahun seusai perang, dan meraih 88 persen suara.
Saat itu pasukan pemerintah merebut sebagian besar wilayah dari pemberontak serta militan dengan bantuan militer Rusia juga Iran dan milisi Libanon, Hizbullah.
Namun sebagian besar wilayah Suriah masih luput atas kendali pemerintah, pemungutan suara tidak akan dilakukan pada beberapa daerah tersebut.
Termaksud Provinsi Barat Laut Idlib, benteng pemberontak yang dikuasai oleh Hayat Tahrir al-Sham dan dipimpin oleh anggota bekas afiliasi Al-Qaeda Suriah.
Warga Suriah pada perbatasan yang dikendalikan pasukan Turki serta milisi proksi, dan lainnya yang tinggal di daerah utara mayoritas Kurdi juga tidak bisa menyalurkan suaranya.
Proses pemungutan suara hanya berlaku khusus kepada warga Suriah yang tinggal di wilayah yang dikendalikan pemerintah atau mereka yang tinggal di luar negeri dan terdaftar di kedutaan negara mereka.
Sumber, CNN.
