Ghazinews.xyz - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa ia berencana untuk mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia pada masa Kekaisaran Ottoman selama Perang Dunia I sebagai tindakan "genosida", pada media Bloomberg dan kantor berita Reuters Jumat.
![]() |
Turki dengan tegas membantah bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis dan merupakan genosida. |
Keduanya berbicara Jumat untuk pertama kalinya sejak Biden menjadi presiden pada Januari, sehari sebelum pernyataan Biden yang diharapkan menunjuk pembunuhan itu sebagai genosida, sebuah tindakan yang selanjutnya akan membebani hubungan yang sudah tegang antara AS dan Turki.
"Ketika datang terkait permasalahan genosida Armenia, Anda dapat mengharapkan pengumuman besok," ungkap Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Jalina Porter mengatakan kepada wartawan pada Jumat. sementara ia menolak untuk mengungkapkan rinciannya.
Biden akan menjadi presiden AS pertama yang secara resmi mengakui pembunuhan 1,5 juta orang Armenia di masa Kesultanan Ottoman dari 1915 hingga 1917 sebagai genosida.
Turki telah mengakui perihal kematian orang-orang Armenia di masa Kesultanan Ottoman selama Perang Dunia I, akan tetapi dengan tegas membantah bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis dan merupakan genosida.
Jika Biden terus mengakui pembunuhan massal sebagai genosida, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada hari Selasa, itu akan semakin merusak hubungan antara sekutu NATO.
Juru bicara kepresidenan Turki Fahrettin Altun pada hari Selasa menyebut penunjukan terkait genosida adalah fitnah.
“fitnah yang tidak ada hubungannya dengan fakta dan hanya didorong oleh perhitungan politik. Itu adalah tuduhan yang emosional, irasional dan tidak sah." Ungkap Fahrettin Altun.
Sementara, Biden dan Erdogan sepakat selama panggilan mereka untuk bertemu pada bulan Juni ketika keduanya akan berada di Brussel guna KTT NATO, Gedung Putih mengumumkannya pada hari Jumat.
Penundaan selama tiga bulan Biden untuk melakukan pertemuan pertamanya terhadap Erdogan secara luas dipandang sebagai sikap dingin bagi presiden Turki, yang telah menikmati hubungan dekat dengan mantan Presiden Donald Trump.
Pada laporan Gedung Putih perihal pertemuan pada hari Jumat tidak menyebutkan masalah Armenia.
"Presiden Biden hari ini berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan minatnya pada hubungan bilateral yang konstruktif dengan area kerja sama yang diperluas dan manajemen perselisihan yang efektif," ucap Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Dinyatakan kedua pemimpin sepakat guna bertemu di sela-sela KTT NATO pada bulan Juni untuk melakukan percakapan yang lebih luas perihal hubungan kedua negara mereka.
"Kedua pemimpin sepakat tentang karakter strategis hubungan bilateral dan pentingnya bekerja sama untuk membangun kerja sama yang lebih besar dalam masalah kepentingan bersama," imbuh Staff kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.
Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintahan Biden telah usai meningkatkan tekanan pada Turki dengan sering mengungkapkan ketidakpuasannya atas rekam dan jejak hak asasi manusia. Tampak kesenjangan tetap ada antara kedua belah pihak atas sejumlah masalah termasuk pembelian Turki terkait sistem senjata Rusia dan perbedaan kebijakan terkait Suriah.
Sumber, Aljazeera.