Ghazinewss.blogspot.com : Turki membuka kembali kontak diplomatik bersama Mesir juga ingin kerja sama lebih lanjut.
Pernyataan itu diungkapkan para elit Turki, Jumat (12/3), setelah ketegangan semenjak militer Mesir menggulingkan presiden melalui Ikhwanul Muslimin yang dekat dengan Ankara.
Ketika mencairnya hubungan antara dua kekuatan regional tersebut akan berdampak pada wilayah Timur Tengah, di mana Kairo dan Ankara berusaha memengaruhi peristiwa di berbagai titik konflik dan saling berdiri di sisi yang berlawanan dalam sengketa maritim Mediterania.
“Turki telah mengusulkan pertemuan perihal membahas kerja sama, namun komunikasi tersebut masih awal,” imbuh dua sumber intelijen Mesir.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan, “Komunikasi tersebut tidak pada tingkat tertinggi, namun tepat di bawah tingkat tertinggi. Kami berharap dapat melanjutkan proses ini dengan Mesir agar hubungan ini dapat lebih kuat."
"Kami memiliki kontak dengan Mesir baik pada tingkat intelijen maupun di tingkat kementerian luar negeri. Kontak pada tingkat diplomatik telah dimulai," ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu.
Hubungan antara Turki dan Kairo membeku sejak tentara Mesir menggulingkan Mohammed Mursi, presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis dan sekutu Erdogan. Kudeta militer itu terjadi setelah protes pada 2013 silam.
“Seorang pejabat keamanan Mesir menerima panggilan telepon dari pejabat intelijen Turki yang menjelaskan keinginan Turki untuk pertemuan di Kairo dalam hal membahas kerja sama ekonomi, politik dan diplomatik,” ungkap sumber intelijen Mesir.
“Pejabat Mesir menyambut baik seruan tersebut dan berjanji untuk mengkonfirmasi secepat mungkin,” ujar sumber Mesir.
Panggilan telepon tersebut menyusul kontak tidak resmi antara pejabat keamanan Mesir dan Turki di mana komunikasi antara kedua belah pihak dibahas.
Membangun kembali kepercayaan mungkin akan sulit. Selain ketegangan terkait sengketa Mursi dan Mediterania, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry mengatakan pekan lalu bahwa Liga Arab menyatakan "penolakan" atas intervensi militer Turki di Suriah, Irak dan Libya.