Ghazinewss.blogspot.com : Turki abaikan dampak dari sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap sektor pertahanan atas pembelian peralatan pertahanan Rusia. Hal tersebut diungkap kepala Presidensi Industri Pertahanan Turki, Ismail Demir.
![]() |
Turki siap boyong S-400 Rusia kali kedua |
“Kami belum melihat adanya dampak langsung (dari sanksi). Kita harus melihat bagaimana CAATSA akan berfungsi, namun pada saat ini tidak ada konsekuensi yang jelas," ujar Demir, berbicara kepada stasiun televisi Turki, NTV, merujuk pada undang-undang AS.
"Jika (Amerika) berpikir ini akan membuat kami enggan membuat keputusan nasional, mereka berpikir salah," imbuh pejabat itu, merujuk pada tekanan sanksi seperti dikutip dari Sputnik, Rabu (3/3/2021).
Demir juga mengonfirmasi bahwa Ankara saat ini sedang merundingkan pembelian batch S-400 dari Rusia , terlepas dari ancaman sanksi AS.
“Bahasa sanksi tidak akan pernah mempengaruhi keputusan Turki,” ucapnya dengan tegas.
Bulan Januari, seorang pejabat dari pengawas teknis militer federal Rusia mengkonfirmasi perihal pembicaraan penjualan gelombang kedua S-400 oleh Turki telah memasuki tahap lanjutan.
Masih belum jelas apakah Moskow akan menyetujui permintaan Turki tentang produksi bersama dan transfer teknologi untuk sistem pertahanan udara canggih itu, mengingat statusnya sebagai anggota NATO.
Washington telah memberikan sanksi kepada Kepresidenan Industri Pertahanan Turki, Demir juga tiga dari warga Turki lainnya di bawah CAATSA pada Desember 2020. Ankara mengecam sanksi tersebut sebagai "serangan terbuka" terhadap kedaulatan Turki dan mengancam akan membalasnya.
Penggunaan CAATSA terhadap Turki ialah kali keduanya undang-undang AS diterapkan sejak ditandatangani menjadi undang-undang pada tahun 2017. Saat tahun 2018, Washington juga menggunakan undang-undang yang sama guna menargetkan kantor pengadaan pertahanan China.
AS juga mengancam akan menggunakan undang-undang tersebut untuk melawan India, yang telah menandatangani kontrak S-400 sendiri dengan Rusia, serta Nord Stream 2 - proyek besar infrastruktur energi gabungan Rusia-Eropa Barat.
Dimasa pemerintahan Biden tidak mengubah kebijakan era Trump terkait S-400 Turki, mempertahankan sanksi dan mengindikasikan bahwa mereka tidak akan melanjutkan pengiriman F-35 ke Ankara kecuali jika Ankara membuang S-400-nya terlebih dahulu.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar pada bulan lalu, mengatakan dia berharap Ankara dapat "menemukan solusi" untuk sengketa S-400 dengan Washington, mengisyaratkan bahwa pengaturan seperti yang dimiliki Yunani dengan S-300 dapat diterapkan ke Turki.
Untuk diketahui, Yunani memiliki resimen S-300 PMU1, yang diperolehnya pada akhir 1990-an dari Siprus setelah krisis rudal Siprus, dan menempatkannya di pulau Kreta.
Pada bulan yang sama, Presiden Erdogan mengungkapkan bahwa demi kepentingan bersama AS, Turki akan menangangi kesepakatan kedua negara, dan mengatakan ia berharap untuk meningkatkan kerja sama dengan AS berdasarkan win-win solution. Dia menambahkan bahwa Turki akan terus melakukan bagiannya dengan cara yang setara dengan hubungan kemitraan strategis dan sekutu antara kedua negara.