Harga BTC sempat melonjak naik pada tahun 2017. Satu unit Bitcoin dibanderol dengan harga US$ 17.000 saat tiga tahun lalu. Tak bertahan dalam waktu yang lama, kemudian Bitcoin mengalami crash dan kapitalisasi pasar Crypto tersebut anjlok.
Per November tahun lalu, harga Bitcoin mulai tak terbendung. Nilai pasarnya melonjak sampai empat kali lipat. Pekan terakhir di Februari lalu harga BTC sempat menyentuh angka US$ 58.000 per - unitnya.
Bila mengasumsikan dalam kurs Rupiah 14.000/US$, artinya harga satu kepingin BTC tersebut setara dengan Rp 812 juta.
Bayangkan, dengan uang sebanyak itu, seseorang bisa memborong 4 unit mobil Toyota Avanza atau dapat membeli rumah dengan ukuran 45 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi daerah Indonesia.
Dibalik melonjaknya harga Bitcoin yang terbilang sangat signifikan, terdapat seorang yang semakin kaya akibat dampak dari meroketnya harga Bitcoin. Ia adalah Satoshi Nakamoto yang tak lain adalah owner Bitcoin itu sendiri.
Namun masih belum jelas siapa Nakamoto dan bagaimana perwujudannya. Identitasnya sampai saat ini belum diketahui oleh publik.
Tidak sedikit yang berspekulasi bahwa Sathosi Nakamoto adalah sekelompok orang, atau lebih dari satu orang.
Bukan tak mungkin ia adalah sesosok pria atau wanita. Tidak bisa menebak siapa dia sebenarnya.
Hanya saja menurut rumor yang beredar, Sathosi Nakamoto memiliki 1 juta unit BTC.
Artinya jika rumor tersebut benar, kekayaannya menyentuh angka US$ 49,1 miliar atau setara dengan Rp 691,75 triliun.
Volatilitas harga Bitcoin sangatlah tinggi, saat ini satu unitnya seharga US$ 49.500 dan nilai kapitalisasi pasarnya menembus angka US$ 921 miliar. Berdasarkan situs coinmarketcap.com jumlah sirkulasi BTC saat ini mencapai 18.646.818.
Dengan begitu, Nakamoto memiliki 5,36% dari total pasokan BTC yang beredar di pasar Cryptocurrency. Awal peluncuran, jumlah BTC yang dapat ditambang/ mining hanya 21 juta unit.
Artinya asumsi yang dapat di perhitungkan, Satoshi Nakamoto akhirnya hanya memiliki 4,8% dari total Bitcoin. Itupun jika ia tidak menjualnya sedikit pun. Dengan jumlah tersebut maka Bitcoin yang masih dapat ditambang sampai saat ini hanya 2.353.182 unit.
Jumlah BTC yang semakin langka membuat harganya melesat naik. Awalnya BTC diciptakan dengan tujuan menggantikan fungsi mata uang fiat layaknya memiliki fungsi persis uang yang kita gunakan saat ini.
Bitcoin muncul sebagai kritik terhadap sistem ekonomi moneter, dimana bank sentral dapat mencetak uang kapanpun dan berapapun besarannya.
Ketika otoritas moneter mencetak uang dalam yang besar sehingga pasokan uang yang beredar menjadi banyak maka akan mempengaruhi harga barang menjadi naik atau kerap disebut inflasi. Saat itu uang menjadi tak berharga.
Di tengah Covid-19, bank sentral yang paling adidaya di dunia yaitu The Fed kembali mencetak uang dalam jumlah yang terhitung besar.
Dalam satu tahun terakhir setidaknya The Fed sudah mencetak uang sebesar US$ 3,32 triliun! Jumlah tersebut tiga kali lebih besar dari total output perekonomian Indonesia dalam setahun.
Inilah yang membedakan Bitcoin dengan dolar AS atau mata uang fiat lainnya. Jumlahnya yang terbatas, karena itu banyak spekulan dan investor yang meliriknya dan dapat menjadi salah satu alternatif aset untuk melindungi nilai dari devaluasi nilai tukar akibat inflasi.
Saat ini investor, trader dan pelaku pasar mulai mengkhawatirkan inflasi yang tinggi bakal terjadi. Saat inflasi terjadi dolar AS bisa menjadi tak memiliki nilai terhadap barang maupun jasa.
Sebab itu banyak pihak memanfaatkan momentum tersebut untuk membeli BTC, meski sampai saat ini aset digital tersebut belum dapat digunakan untuk menggantikan fungsi uang sebagai media transaksi layaknya uang fiat, unit akunting dan store of wealth.
Kendati, volatilitas yang tinggi, aksi spekulasi yang terjadi di pasar juga seolah mengisyaratkan bahwa kenaikan harga Bitcoin adalah sebuah fenomena bubble yang dapat terjadi kapan saja.
Ingat! Setiap kali harga naik bukan berarti penguatannya akan berlangsung permane namun, ada periode di mana harga akan jatuh/crash. Perihal inilah yang harus diwaspadai oleh setiap orang yang saat berinvestasi ataupun menyimpan cryptocurrency terkhusus BTC.