Ghazinews.xyz, Beirut - Lebanon porak-poranda usai dilanda krisis politik, yang berujung pada krisis ekonomi sejak tahun 2019 lalu.
 |
| Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Al-Hariri dan Presiden Michel Aoun telah berselisih tentang kabinet baru selama berbulan-bulan. |
Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon, mengatakan Lebanon dapat tenggelam layaknya Titanic. Berri mengungkapkan, hal ini dapat terjadi bila Lebanon tak dapat membentuk pemerintahan.
Perdana Menteri yang ditunjuk Saad Al-Hariri dan Presiden Michel Aoun telah berselisih tentang kabinet baru selama berbulan-bulan. Kondisi tersebut meluluhlantakkan harapan pembalikan krisis keuangan Lebanon yang semakin dalam.
Dikutip dari Sindo, Selasa (30/3).
“Kita semua akan tenggelam, tanpa pengecualian,” kata Berri pada pembukaan sidang parlemen.
Sidang Parlemen diketahui akan membahas dana darurat sebesar USD200 juta guna membayar bahan bakar bagi perusahaan listrik Lebanon.
Kementerian Energi Lebanon menyatakan, bahwa baik pihaknya ataupun pemerintah, sudah tidak lagi memiliki dana untuk membayar impor setelah Maret.
Dari empat Pembangkit listrik Zahrani, penghasil listrik utama Lebanon, telah dinonaktifkan setelah bahan bakarnya habis.
Situasi parah memuncak dengan terjadinya ledakan pada pelabuhan Beirut di Agustus 2020 lalu.
Negara Eropa, khususnya Prancis, mengatakan tidak akan memberikan bantuan sebelum adanya perubahan signifikan lada struktur pemerintah Lebanon.
